- Mengatasi Tantangan Pensiun: Pj Walikota Jambi Beri Pembekalan Awal kepada ASN
- Bupati Tanjabbar Pimpin Apel Gabungan dan Silaturahmi ASN dan Non ASN Pasca Cuti Idul Fitri 1445 H
- Bupati Tanjab Barat, H. Anwar Sadat Tinjau TPU Desa Sialang
- Bupati Tanjabbar Berikan Sepeda Baru dan Kursi Roda untuk Pedagang Kecil dan Penyandang Disabilitas
- Pj Walikota Jambi Sidak ASN Usai Libur Lebaran
- Dua Kelompok Pemuda Tawuran Bawa Clurit dan Lempar Petasan di Belakang Rumdis Gubernur Jambi
- Timnas Indonesia U-23 Kalah Melawan Qatar di Doha
- Hari Pertama Masuk Kerja, Gubernur Al Haris Gelar Halal Bihalal dengan Ratusan Pegawai Pemprov Jambi
- Sri Purwaningsih, Menyampaikan Pesan Persatuan dan Kebajikan dalam Hari Raya Idul Fitri
- Sri Purwaningsih Melepas Rangkaian Kendaraan Hias Takbiran Keliling Idul Fitri 2024
Warga Sungai Gebar Bertaruh Nyawa Saat Seberangi Sungai
Mediajambi.com - Tanpa kursi, tanpa alat keselamatan, perahu penyeberangan dari dan menuju Desa Sungai Gebar Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabar) beroperasi. Perahu kayu tanpa mesin itu menjadi satu satunya alat transportasi yang diandalkan masyarakat untuk keluar masuk kampungnya. Termasuk membawa hasil kebun dan membawa bahan kebutuhannya.
Wartawan Media Jambi.com, Rabu lalu mencoba menggunakan perahu itu menyeberangi Sungai Pangabuan dari Kota Kuala Tungkal, ibukota Kabupaten Tanjabar. Penumpang harus naik di Dermaga Parit II Kota Kuala Tungkal berjarak sekitar 1kilometer. Ketek begitu warga menyebutnya, dikayuh tiga orang pengayuh dan mengangkut penumpang bersama sepeda motornya juga bahan belanjaan warga Sungai Gebar.
Tidak ada kursi, penumpang duduk di pinggiran perahu sembari berpegangan di sela selanya. Perjalanan tidak terlalu jauh, hanya sekitar 10 menit, dan arus saat itu cukup tenang. "Tolong pegangan kuat karena kapal akan membentur dermaga," pengayuh perahu mengingatkan. Benar saja, ketika tiba di dermaga, kapal bergoyang kencang, lalu berhenti tepat di muka dermaga. Lalu penumpang bersama motornya turun satu persatu. Untuk menyebrang dikenakan tarif Rp 10.000 per motor. Jika tanpa motor Rp 2.000 per orang. Penumpang turun di Dermaga Kuala Indah Sungai Gebar, dan dari dermaga meneruskan perjalanan menggunakan sepeda motor. Jarak dari dermaga menuju pemukiman warga Desa Sungai Gebar cukup jauh. Bagi warga yang tidak memiliki kendaraan roda dua mereka bisa menumpang ojek.
Baca Lainnya :
- Petani Sungai Gebar Antusias Ikuti Bintek Pengolahan Kelapa 0
- Nilai Tukar Petani Provinsi Jambi Naik 3,17 Persen0
- Harga CPO Jambi Naik Rp225 per Kilogram Menjadi Rp9.2300
- Hari Tani Nasional, Momentum Kebangkitan Pertanian Berkelanjutan di Lahan Gambut0
- Nilai Tukar Petani Provinsi Jambi Juli 2020 Sebesar 103,570
Perjalanan pulang dari Desa Sungai Gebar lebih mendebarkan, karena hujan lebat di sertai petir. Penumpang menumpuk di ruang tunggu dermaga yang atapnya sudah mulai hancur. Di ruang dermaga berukuran lebih kurang 4 kali 4 meter itu bertumpuk calon penumpang bersama motor dan hasil kebun yang akan dibawa ke kota Kuala Tungkal. Ketika hujan mereda perahu yang mengangkut penumpang dari kota Kuala Tungkal merapat. Langsung diisi penumpang dengan motor dan bawaannya. Tak lama datang lagi perahu, yang kali ini diisi warga dan pendatang. Arus sungai pasca hujan lebat dan masih gerimis itu membuat perahu bergoyang. Banyak penumpang memilih berdiri karena badan perahu basah. Sesekali pengayuh membuang air yang masuk ke dalam perahu.
Bambang (35) warga Desa Sungai Gebar mengaku warga tidak memiliki pilihan lain untuk alat transportasi nya. "Inilah satu satunya alat transportasi kami. Ada jalan darat masuk melalui Desa Serdang, namun kondisinya sekarang rusak parah," jelasnya saat membawa Media Jambi.com ke rumah warga. Perahu itu sudah beroperasi cukup lama, karena warga lebih suka menggunakannya, karena lebih dekat menuju kota Kuala Tungkal,ibukota Kabupaten Tanjabar.
Bambang berharap, Bupati Tanjabar maupun Gubernur Jambi terpilih nantinya lebih memperhatikan sarana transportasi ke desanya. "Selain adanya perahu Penyebrangan yang aman, juga perbaikan jalan menuju ke desa juga jalan di dalam desa yang sebagai merupakan daerah payo," harapnya. Saat ini jalan di desa itu berupa jalan setapak dengan lebar sekitar 1 meter dan kondisinya mulai rusak. Begitupun jembatan yang ada, kondisinya cukup memprihatinkan. (lin)