- Semarak May Day dengan Layanan Langsung dan Senam Sehat Bersama Pekerja
- Industri Jasa Keuangan Jambi Tumbuh Positif Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Gubernur Al Haris Boyong Bupati/Wali Kota Audiensi dengan Menhub, Bahas Pengembangan Transportasi
- OJK Dorong Penggunaan Kecerdasan Artifisial di Sektor Perbankan secara Bertanggung Jawab
- Bibit Sawit Unggul Topaz 1 Berbuah Orange, Terbukti Sejahterakan dan digemari Petani
- Hadiri Rakortek Perumahan Pedesaan, Gubernur Al Haris Tegaskan Komitmen Dukung Program Tiga Juta Rumah
- Berkolaborasi Melindungi Ribuan Pekerja Rentan Melalui Program Kampung Bahagia
- Tingkatkan Kolaborasi dan Sinergi, SKK Migas – KKKS Sumbagsel Gelar Event Lifting Olympic
- Hadiri RDP Bersama Komisi II DPR RI, Gubernur Al Haris Soroti Minimnya Kewenangan Daerah dalam Sektor Minerba
- Gubernur Jambi Al Haris Hadiri RDP Bersama Komisi II DPR
Dari Bangunan Tua ke Ruang Peradaban: Walikota Maulana Angkat Rumah Batu ke Level Nasional

Keterangan Gambar : Dari Bangunan Tua ke Ruang Peradaban: Walikota Maulana Angkat Rumah Batu ke Level Nasional
Mediajambi.com (Jakarta) - Sejarah tidak cukup hanya disimpan. Ia harus dihidupkan, diceritakan, dan dirasakan. Itulah semangat yang dibawa Walikota Jambi Dr. dr. H. Maulana, M.K.M, saat bertandang ke Gedung Kementerian Kebudayaan RI di Jakarta, Selasa (22/4/2025). Di hadapan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, Ia tak sekadar beraudiensi, namun membawa nafas budaya Kota Jambi, khususnya Rumah Batu Olak Kemang ke level nasional.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Fadli Zon menyambut baik inisiatif Pemerintah Kota Jambi. Ia menyampaikan bahwa Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk mendukung daerah-daerah yang aktif dalam pelestarian budaya, apalagi jika menyentuh akar sejarah dan potensi wisata edukatif.
“Rumah Batu Olak Kemang adalah bukti nyata kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan, tidak hanya untuk Jambi, tetapi juga sebagai bagian dari wajah budaya nasional. Kami siap bersinergi,” ujar Fadli Zon dalam audiensi itu.
Walikota Maulana yang hadir bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi serta Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, menyampaikan bahwa Rumah Batu bukan sekadar bangunan tua, melainkan simbol sejarah yang bisa menjadi pusat edukasi dan pariwisata budaya.
“Melestarikan Rumah Batu Olak Kemang bukan hanya menjaga bangunan, tapi menjaga jati diri Jambi. Kami ingin tempat ini hidup, menjadi ruang belajar dan destinasi wisata budaya,” tegas Maulana.
Rumah Batu sendiri berdiri sejak zaman kolonial, dibangun oleh Pangeran Wirokusumo (Said Idrus bin Hasan Al Djufri). Bangunannya unik ; perpaduan rumah panggung Melayu Islam, atap khas Tiongkok, dan pilar-pilar bergaya Eropa. Sebuah simbol dari harmoni multikultur yang khas di tanah Jambi.
Sayangnya, meski telah berstatus sebagai cagar budaya, bangunan ini belum berfungsi maksimal. Hingga kini, perawatannya ditangani secara mandiri oleh keluarga keturunan Said Idrus bin Hasan Al Djufri yakni Syarifah Aulia sebagai pengurus utama.
Setiap tahun, Rumah Batu Olak Kemang tak pernah sepi dari langkah peziarah. Ribuan orang datang dalam rangka Haul mengenang pendirinya, Said Idrus bin Hasan Al Djufri bergelar Pangeran Wirokusumo.
Tradisi Haul ini bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi bukti bahwa Rumah Batu masih menjadi poros spiritual dan budaya. Di sinilah Islam Melayu bertumbuh dalam harmoni: antara dakwah, adat, dan kearifan lokal. Rumah Batu memadukan nilai-nilai peradaban sebagai sebuah mosaik sejarah yang unik dan otentik.
Dengan warisan multikultural yang kaya ini, Rumah Batu menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat warisan Islam dan kebudayaan Melayu pesisir. Tak hanya sebagai situs cagar budaya, tetapi sebagai destinasi wisata religi dan edukatif yang menghidupkan kembali denyut peradaban Islam di tanah Jambi.
Pertemuan antara Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Walikota Jambi Maulana ini menjadi penanda awal sinergi nyata antara pusat dan daerah, dalam upaya menghadirkan kembali Rumah Batu sebagai ikon warisan sejarah dan budaya. Rumah Batu Olak Kemang akan tampil sebagai ruang hidup peradaban, bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk menginspirasi dan menghidupkan kembali denyut kebudayaan dan ke-Islaman di tanah Jambi.(*)