- HERSHARE 2025, Mendorong Peran Perempuan dalam Pasar Modal Syariah
- Ny Hesti Haris Buka Kejuaraan Taekwondo Kartini Cup 2025. Kolaborasi Perwosi dan Taekwondo Jambi
- Makeup Dimanapun Praktis dan Lebih Stylish! Aeris Beaute Hadirkan Dua Warna Baru untuk The Signature 4-in-1 Brush
- Pemkot Jambi Serahkan SK kepada 1.909 PPPK, 1 Mundur dan 8 Tak Hadir
- Pertamina Gandeng BPOM Wujudkan UMKM Berdaya Saing di Program Basamo Elok Jambi
- Dibawah Guyuran Hujan Ribuan Peserta Khidmat Ikuti Upacara Hardiknas di Balaikota Jambi
- Kolaborasi Perwosi dan Taekwondo Jambi Hadirkan Kejuaraan Kartini Cup 2025
- Bupati H Anwar Sadat Menerima Audiensi dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Jambi
- Bupati Tanjab Barat Inspektur Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025
- Pemkab Tanjab Barat Memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) tahun 2025
Data Talk: Kemiskinan di Provinsi Jambi

Keterangan Gambar : Muhammad Ridwansyah/Ekonom Universitas Jambi/Ketua Pusat Unggulan Ipteks Perencanaan Bisnis dan Investasi Agroindustri dan Lingkungan, Universitas Jambi)
Mediajambi.com - Dalam Rancangan Teknokratik RPJMN Tahun 2025-2029, tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi pada tahun 2025 di Provinsi Jambi, ditargetkan antara 5,28-5,78 persen.
Ini menjadi tantangan buat Pemprov Jambi dan pemkab/kota, agar bisa menurunkan
kemiskinan sebesar 2 persen hingga tahun 2025.
Memang tidak mudah mencapai target tersebut, faktanya
Provinsi Jambi telah menunjukkan kinerja yang cukup mengesankan, masih dihantui
oleh dampak COVID 19, Jambi mampu mengurangi jumlah orang miskin dari 8,07
persen pada tahun 2021 menjadi 7,58 persen pada tahun 2023. Dengan kondisi yang
lebih baik seperti sekarang ini, Jambi seharusnya percaya diri bisa menekan
angka kemiskinan sebagaimana dtargetkan.
Dengan semangat kebangkitan nasional tanggal 20 Mei hari
ini, mari kita semua bangkit, bahu-membahu melenyapkan kemiskinan di Bumi
Sepucuk Jambi Sembilan lurah ini.
Statistik Kemiskinan
Bersumber dari Berita Resmi Statistik yang dirilis oleh BPS,
jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi, pada tahun 2023 tercatat sebesar 7,58
persen (data Maret 2023) dari total penduduk Jambi (3,7 juta jiwa). Tingkat kemiskinan
ini berada di bawah tingkat nasional (9,57 persen).
Selama kurun waktu Bulan September 2022 hingga Maret 2023,
jumlah orang miskin menurun sebanyak 3,14 ribu orang pada Maret 2023. Di
perkotaan, jumlah penduduk miskin turun dari 127,80 ribu menjadi 125,30 ribu,
sementara di perdesaan, jumlahnya turun dari 156,03 ribu menjadi 155,39 ribu.
Dilihat sebarannya, hanya tiga kabupaten di Provinsi Jambi
dengan tingkat kemiskinan di atas tingkat nasional dan provinsi yakni,
Kabupaten Tanjung Jabung (11,39 persen), Tanjung Jabung Barat (10,20 persen)
dan Batanghari (10,05 persen). Sementara
delapan kab/kota lainnya tingkat kemiskinannya, sudah di berada di bawah
tingkat nasional.
Garis kemiskinan (GK) di Provinsi Jambi meningkat dari
Rp545.870, - per kapita per bulan pada Maret 2022 menjadi Rp599.688, - per
kapita per bulan pada Maret 2023, atau mengalami kenaikan 9,86 persen. GK
merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM), yaitu nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang diserakan dengan 2100 kilokalori
perkapita per hari, serta Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) yaitu kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan, sehingga
GK=GKM+GKNM. Implikasinya, ketika terjadi peningkatan inflasi di atas
pertumbuhan ekonomi atau dengan pendapatan yang tetap, risikonya adalah akan
banyak penduduk yang jatuh miskin.
Sebagai upaya menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 4
Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, Provinsi Jambi
berhasil menurunkannya dari 1,16% menjadi tinggal 0,81% pada tahun 2022.
Tiga daerah yang paling banyak penduduk dengan kemiskinan
ekstrem, yang tertinggi adalah Tanjung Jabung Barat, diikuti oleh Kota Jambi
dan Tanjung Jabung Timur.
Fokus perhatian
Menurunnya kemiskinan di Provinsi Jambi terutama dipengaruhi
oleh perbaikan pada kriteria pembentuknya, terutama terjadinya pengurangan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi. TPT Pada Februari 2024
menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu sebesar 4,5 persen, turun 0,05
persen poin dibandingkan Februari 2023, di bawah rata-rata nasional
(6,8%).
Perhatian yang lebih besar perlu diberikan terhadap upaya
penurunan kemiskinan di Kabupaten Tanjabtim, Tanjabbar dan Batanghari. Untuk
Tanjabtim dan Tanjabbar, kemiskinan disebabkan oleh lokasi yang terisolasi dan
sulitnya jalur transportasi. Pembangunan barang publik seperti jalan dan
drainase, perlu mendapat alokasi anggaran yang cukup. Selain itu, penggunaan
sumber air minum merupakan kriteria yang harus mendapat prioritas mengingat
kondisi lahan yang sebagian besar berupa rawa.
Untuk Kabupaten Batanghari, masalah peliknya adalah
tingginya Indeks Perkembangan Harga (IPH), bahkan pernah mencapai yang
tertinggi di Indonesia, yakni 9,13 persen (pada bulan Juni 2023). Besar kemungkinan ini disebabkan oleh
distribusi barang dan jasa yang terhambat karena kabupaten ini merupakan
koridor utama angkutan batubara yang sering menimbulkan kemacetan. Hal ini juga
pernah diutarakan oleh Bupati Batanghari Muhammad Fadil Arief, dalam satu
kesempatan pertemuan di Kota Jambi, kemacetan angkitan batubara berdampak
serius terhadap tingkat investasi di daerah ini.
Tingkat kemiskinan juga dipengaruhi oleh ketimpangan sebagai
konsekuensi dari suatu pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan. Bappenas (2024) melaporkan Gini Rasio (GR) di
Provinsi Jambi pada tahun 2023 tercatat sebesar 0,32, masih berada di bawah
rata-rata nasional (0,38). Meskipun berada di kategori "rendah",
memang terjadi peningkatan GR hingga Februari 2024 (0,34) yang menunjukkan
adanya kesenjangan pengeluaran masyarakat yang semakin melebar. Kenaikan GR
lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal terutama adanya kebijakan di luar
kewenangan Provinsi, seperti proses pemberian izin usaha pada sektor
pertambangan dan kehutanan.
Salin itu, juga disebabkan oleh meningkatnya pendapatan
kelompok kaya, namun terjadi penurunan pendapatan kelompok miskin akibat
inflasi atau harga kebutuhan pokok yang tinggi, dan kurangnya akses terhadap
peluang ekonomi seperti pendidikan, pelatihan, dan lapangan kerja yang
berkualitas bagi kelompok masyarakat miskin dan menengah.
Meskipun ada berbagai tantangan, dari informasi yang sudah
diurai di atas, menunjukkan bahwa upaya pemerintah Provinsi Jambi melalui
program yang dilaksanakan, seperti program DUMISAKE (Dua miliar satu kecamatan)
membuahkan hasil. Namun yang perlu diperhatikan adalah lokus program ini yang
seyogyanya memprioritaskan pada kecamatan-kecamatan yang memiliki
kantong-kantong kemiskinan, terutama yang memiliki kemiskinan ekstrem lebih
banyak.
Dengan sinergi dan kerja keras semua pihak, Jambi dapat
menuju masa depan yang lebih cerah dengan tingkat kemiskinan yang semakin
rendah.(***)