- Semarak May Day dengan Layanan Langsung dan Senam Sehat Bersama Pekerja
- Industri Jasa Keuangan Jambi Tumbuh Positif Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Gubernur Al Haris Boyong Bupati/Wali Kota Audiensi dengan Menhub, Bahas Pengembangan Transportasi
- OJK Dorong Penggunaan Kecerdasan Artifisial di Sektor Perbankan secara Bertanggung Jawab
- Bibit Sawit Unggul Topaz 1 Berbuah Orange, Terbukti Sejahterakan dan digemari Petani
- Hadiri Rakortek Perumahan Pedesaan, Gubernur Al Haris Tegaskan Komitmen Dukung Program Tiga Juta Rumah
- Berkolaborasi Melindungi Ribuan Pekerja Rentan Melalui Program Kampung Bahagia
- Tingkatkan Kolaborasi dan Sinergi, SKK Migas – KKKS Sumbagsel Gelar Event Lifting Olympic
- Hadiri RDP Bersama Komisi II DPR RI, Gubernur Al Haris Soroti Minimnya Kewenangan Daerah dalam Sektor Minerba
- Gubernur Jambi Al Haris Hadiri RDP Bersama Komisi II DPR
Kick-off PMT Proyek LNG Abadi Setelah Persetujuan Revisi POD

Keterangan Gambar : Kick-off PMT Proyek LNG Abadi Setelah Persetujuan Revisi POD/f-dok mj
Mediajambi.com – 28
Desember 2023. INPEX Masela, Ltd. (INPEX Masela), anak perusahaan INPEX
CORPORATION (INPEX) yang mengoperasikan Proyek LNG Abadi, mengadakan acara
Kick-Off PMT Proyek LNG Abadi bersama SKK Migas pada 28 tanggal Desember 2023,
di Jakarta setelah pemerintah menyetujui revisi Plan of Development (POD) yang
menyertakan komponen carbon capture storage (CCS) ke dalam revisi POD tersebut.
Proyek ini adalah yang pertama di mana biaya terkait CCS
telah memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam cost recovery1, berdasarkan
skema kontrak bagi hasil (PSC) yang mengatur operasi hulu minyak dan gas di
Indonesia. Persetujuan POD revisi tersebut membuka jalan bagi INPEX dan
mitranya untuk sepenuhnya mendorong proyek LNG Abadi sebagai proyek bersih
dalam mendukung transisi energi.
Kedepannya, INPEX dan mitranya akan melanjutkan operasi
termasuk beberapa kegiatan di lokasi serta mempersiapkan pekerjaan FEED.
Setelah itu, perusahaan patungan (INPEX, Pertamina dan Petronas) akan
melaksanakan proyek dengan tujuan mencapai keputusan investasi akhir / Final
Investment Decision (FID) dan memulai produksi pada tahap awal setelah
menyelesaikan persiapan yang diperlukan termasuk kegiatan pemasaran dan
pembiayaan.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam sambutannya
menyebutkan bahwa hari ini menjadi hari yang spesial, karena kita akan
melakukan Kick Off Project Management Team Abadi Masela, yang menandai
dimulainya Proyek Strategis Nasional yang sangat massif. “Investasi proyek
Abadi Masela sangat besar mencapai US$20.9 billion, dan jika dibandingkan akan
setara Rp. 324 Triliun atau hampir 3 (tiga) kali lipat nilai investasi kereta
cepat Jakarta-Bandung”, terang Dwi.
Dwi mengucapkan syukur bahwa tantangan demi tantangan dapat
diatasi satu persatu. Dia mengatakan, langkah maju proyek ini dimulai dengan
masuknya partner baru yaitu Pertamina dan Petronas serta bulan November 2023
yang lalu, pemerintah Indonesia dalam hal ini Menteri ESDM telah mengeluarkan
Persetujuan Revisi kedua atas POD I Lapangan Abadi di Wilayah Kerja Masela. Proyek
ini akan menghasilkan Pendapatan pemerintah sebesar US$37,8 Miliar atau setara
Rp 586 Triliun.
Proyek LNG Abadi ini juga menjadi bukti komitmen Indonesia
dalam meningkatkan produksi sekaligus menurunkan emisi. Karena lapangan gas
Abadi juga memiliki potensi untuk penyimpanan CO2 bahkan menjadi CCS Hub dengan
kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 Juta Ton dan Kapasitas Penyimpanan 1,2
Gigaton. “CCS Hub pada Proyek Abadi Masela menambah daftar proyek CCS yang
sedang dibangun di industri hulu migas, sekaligus menegaskan keberpihakan dan
kontribusi industri ini dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung Pemerintah
dalam mencapai net zero emission di tahun 2060”, ujar Dwi.
Dwi menekankan pentingnya acara ini untuk mensinkronkan
tekad bersama untuk mempercepat penyelesaian proyek dari target onstream di Q4
2029. Dia mengatakan jika proyek Abadi Masela bisa dipercepat maka berpotensi
mempercepat penerimaan pendapatan dari proyek ini yang mencapai sekitar US$ 5
miliar, sebaliknya jika terjadi keterlambatan akan berpotensi tambahnya biaya
proyek sekitar US$ 1 miliar setiap tahunnya diluar tambahan biaya tenaga kerja.
“Kick off hari ini adalah milestone penting, dan saya minta
tim SKK Migas dan Inpex Masela untuk terus mencari potensi kegiatan untuk
mempercepat proyek. Jika proyek Abadi Masela bisa lebih cepat selesai, maka
dampaknya sangat besar berupa percepatan penerimaan negara dan tambahan pasokan
gas untuk mendukung kebutuhan domestik”, katanya.
“Kemajuan dari Proyek
Abadi LNG ini sangat dinanti oleh oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia,
karena menjadi salah satu tulang punggung untuk mencapai target produksi di
2030 yaitu minyak 1 juta barel
per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD)”, Pungkas Dwi.
Sementara Managing Executive Officer, Senior Vice President,
Asia Projects, INPEX, Akihiro Watanabe, di dalam sambutannya memaparkan.
"INPEX sangat menghargai dukungan dari SKK Migas dan
pemerintah Indonesia dalam merevisi POD untuk memasukkan CCS, yang merupakan
momentum baik bagi kami. Ke depannya, INPEX bersama JVP dengan sungguh-sungguh
akan mengimplementasikan revisi POD melalui dukungan dan bimbingan dari SKK
Migas dan pemerintah."
Volume produksi LNG tahunan proyek LNG Abadi diperkirakan
akan mencapai 9,5 juta ton dan diharapkan dapat berkontribusi untuk
meningkatkan ketahanan energi di Indonesia, Jepang dan negara-negara Asia
lainnya serta menghasilkan pasokan energi bersih yang stabil dalam jangka
panjang, berdasarkan sifat ladang gas terkemuka di dunia dan cadangan berlimpah
yang memungkinkan pengembangan yang efisien, serta komponen CCS Proyek.
Selain itu, Proyek ini secara khusus diharapkan dapat
berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial yang
sangat dibutuhkan di bagian timur Indonesia, serta untuk mencapai tujuan
Indonesia terkait target nol emisi CO2 pada tahun 2060.
1 Cost recovery dalam
kontrak bagi hasil (PSC)
Kontrak Bagi Hasil (PSC) menetapkan bahwa perusahaan
pengembang minyak dan gas alam yang melakukan pekerjaan eksplorasi, pengembangan,
dan produksi dengan biaya sendiri sebagai kontraktor pemerintah negara
penghasil minyak, berhak atas recovery biaya eksplorasi, pengembangan, dan
produksi selama tahap produksi dalam bentuk sebagian dari hidrokarbon yang
diproduksi. Bagian yang tersisa kemudian dibagi antara negara penghasil minyak
dan kontraktor sesuai dengan rasio alokasi yang telah ditentukan.
Di Indonesia, persetujuan pemerintah diperlukan ketika
menentukan tingkat recovery biaya yang diizinkan, di mana tingkat yang lebih
besar mengarah pada peningkatan arus kas dan ekonomi proyek bagi kontraktor.
Tentang INPEX
INPEX CORPORATION adalah perusahaan eksplorasi dan produksi
(E&P) terbesar di Jepang, dan saat ini telah terlibat dalam proyek-proyek
di berbagai benua, termasuk pada Proyek LNG Ichthys di Australia sebagai
Operator. Dengan benar-benar membuat bisnis minyak dan gasnya lebih bersih
sambil memperluas 5 (lima) area bisnis nol bersihnya, INPEX bertujuan untuk
menyediakan pasokan energi yang stabil dari sumber energi yang bersih dan
beragam termasuk minyak, gas alam, hidrogen, dan energi terbarukan sebagai
pelopor dalam transformasi energi. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi
https://www.inpex.co.jp/english/index.html. (***)