- Semarak May Day dengan Layanan Langsung dan Senam Sehat Bersama Pekerja
- Industri Jasa Keuangan Jambi Tumbuh Positif Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Gubernur Al Haris Boyong Bupati/Wali Kota Audiensi dengan Menhub, Bahas Pengembangan Transportasi
- OJK Dorong Penggunaan Kecerdasan Artifisial di Sektor Perbankan secara Bertanggung Jawab
- Bibit Sawit Unggul Topaz 1 Berbuah Orange, Terbukti Sejahterakan dan digemari Petani
- Hadiri Rakortek Perumahan Pedesaan, Gubernur Al Haris Tegaskan Komitmen Dukung Program Tiga Juta Rumah
- Berkolaborasi Melindungi Ribuan Pekerja Rentan Melalui Program Kampung Bahagia
- Tingkatkan Kolaborasi dan Sinergi, SKK Migas – KKKS Sumbagsel Gelar Event Lifting Olympic
- Hadiri RDP Bersama Komisi II DPR RI, Gubernur Al Haris Soroti Minimnya Kewenangan Daerah dalam Sektor Minerba
- Gubernur Jambi Al Haris Hadiri RDP Bersama Komisi II DPR
Kilas Balik Kinerja Perdagangan Indonesia Maret 2024

Keterangan Gambar : Andhika Wahyudiono, Dosen UNTAG Banyuwangi
Mediajambi.com - Pada bulan Maret 2024, Indonesia kembali mencatatkan surplus dalam
neraca perdagangan sebesar USD4,47 miliar, melanjutkan tren surplus yang sudah
berlangsung sejak Mei 2020. Hal ini tidak hanya menjadi indikator stabilnya
perekonomian negara, tetapi juga memberikan dorongan positif bagi sektor
perdagangan Indonesia. Menurut Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, peningkatan
surplus perdagangan tersebut terutama disumbang oleh kinerja positif dari
sektor nonmigas yang mencatatkan surplus sebesar USD6,51 miliar, sementara
sektor migas masih mengalami defisit sebesar USD2,04 miliar.
Surplus neraca perdagangan pada bulan Maret
2024 menjadi bukti bahwa Indonesia mampu mempertahankan keunggulan
kompetitifnya di pasar internasional. Meskipun masih terdapat defisit pada
sektor migas, namun kinerja positif dari sektor nonmigas telah berhasil
mengimbangi. Hal ini menunjukkan bahwa diversifikasi ekspor Indonesia menjadi
salah satu strategi yang efektif untuk menjaga stabilitas perdagangan negara,
serta menjadikan ekonomi Indonesia lebih tangguh dan berdaya saing di tingkat
global.
Melihat kontribusi dari negara-negara mitra
dagang, seperti Amerika Serikat, India, Filipina, Jepang, dan Belanda yang
menyumbangkan surplus terbesar, menjadi penunjuk bahwa pasar ekspor Indonesia
masih menjadi tujuan yang menarik bagi berbagai negara. Namun, sisi lain dari
koin, negara-negara seperti Singapura, Australia, Thailand, Arab Saudi, dan
Korea Selatan yang mencatatkan defisit perdagangan, menunjukkan kerja sama
perdagangan yang harus terus ditingkatkan untuk memperluas potensi ekspor
Indonesia ke berbagai pasar global.
Secara keseluruhan, surplus neraca
perdagangan selama periode Januari-Maret 2024 mencapai USD7,31 miliar.
Komposisi surplus perdagangan ini, dengan surplus nonmigas sebesar USD12,41
miliar dan defisit migas sebesar USD5,10 miliar, menggambarkan peran penting
sektor nonmigas dalam menjaga stabilitas perdagangan Indonesia. Namun, ke
depannya, perlu ada upaya lebih lanjut untuk mengurangi defisit dalam sektor
migas guna menjaga keseimbangan perdagangan secara keseluruhan.
Di sisi lain, kinerja ekspor Indonesia pada
bulan Maret 2024 menunjukkan tren yang positif meskipun terdapat penurunan
tahunan. Ekspor Indonesia mencapai USD22,43 miliar, mengalami peningkatan
sebesar 16,40 persen dibanding bulan sebelumnya. Meskipun demikian, jika
dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya, terjadi penurunan sebesar 4,19
persen. Peningkatan ekspor ini terutama didorong oleh sektor nonmigas yang
mencatatkan pertumbuhan signifikan, seperti industri pengolahan yang naik
sebesar 21,45 persen, sektor pertanian yang naik 16,08 persen, dan sektor
pertambangan yang naik 2,45 persen secara bulanan. Hal ini menandakan bahwa
sektor-sektor tersebut masih menjadi tulang punggung dalam kontribusi ekspor Indonesia.
Selain itu, peran pasar utama ekspor
nonmigas seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan India menjadi kunci dalam
menjaga stabilitas ekspor Indonesia. Kontribusi pasar-pasar tersebut mencapai
41,22 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada bulan Maret 2024. Di
sisi lain, peningkatan harga beberapa komoditas unggulan Indonesia di pasar
internasional, seperti emas, minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, dan kakao,
juga turut memberikan dorongan bagi ekspor nonmigas Indonesia.
Namun, di tengah kinerja ekspor yang
menggembirakan, kinerja impor Indonesia menunjukkan penurunan pada bulan Maret
2024. Nilai impor Indonesia mencapai USD17,96 miliar, menurun sebesar 2,60
persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya impor
nonmigas sebesar 5,34 persen, meskipun impor migas mengalami kenaikan sebesar
11,64 persen secara bulanan. Di samping itu, terjadi juga penurunan impor pada
berbagai golongan barang, seperti barang modal, bahan baku/penolong, dan barang
konsumsi.
Dengan penurunan impor yang terjadi,
terutama pada barang-barang modal, menjadi pertanda bagi aktivitas ekonomi
dalam negeri. Penurunan impor barang modal menandakan perlambatan investasi
dalam sektor-sektor tertentu, yang kemungkinan dapat berdampak pada pertumbuhan
ekonomi di masa mendatang. Namun, di sisi lain, penurunan impor juga dapat
mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan, sehingga memperkuat posisi
ekonomi Indonesia dalam pasar global.
Secara keseluruhan, kinerja perdagangan
Indonesia pada bulan Maret 2024 menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan
meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Meskipun
terjadi penurunan dalam nilai impor, hal ini tidak boleh diartikan sebagai
indikasi akan kelemahan ekonomi negara, melainkan dapat dilihat sebagai sebuah
kesempatan untuk meningkatkan konsumsi domestik dan memperkuat kedaulatan
ekonomi Indonesia.
Terlebih lagi, peningkatan dalam ekspor
nonmigas menjadi bukti yang kuat bahwa produk-produk Indonesia masih diminati
di pasar global, yang menunjukkan daya saing yang kuat dari sektor industri
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis yang tepat
untuk menjaga stabilitas perdagangan Indonesia dan memperkuat posisinya dalam
persaingan perdagangan dunia.
Penurunan dalam nilai impor pada bulan
Maret 2024 sejalan dengan berbagai upaya untuk merangsang konsumsi domestik dan
mengurangi ketergantungan pada impor. Meskipun terjadi penurunan impor, ini
bukanlah tanda bahwa ekonomi Indonesia mengalami penurunan, melainkan merupakan
langkah yang diambil untuk mengimbangi surplus perdagangan dan memperkuat basis
ekonomi dalam negeri.
Dalam konteks ini, penurunan impor dapat
dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk memperkuat sektor industri dalam
negeri, meningkatkan daya saing produk-produk lokal, serta merangsang
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, peningkatan ekspor nonmigas
menjadi indikasi bahwa produk-produk Indonesia memiliki daya tarik yang kuat di
pasar global, yang dapat menjadi modal penting dalam meningkatkan daya tawar
Indonesia dalam kancah perdagangan internasional. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah dan pelaku industri untuk terus mengambil langkah strategis guna
menjaga stabilitas perdagangan dan meningkatkan kontribusi sektor perdagangan
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.(***)