- OJK dan BPS Umumkan Hasil Survei Nasional Literasi Dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2025
- Perkuat Sinergi, Ketua SMSI Provinsi Jambi Sambut Kunjungan Silaturahmi Kakanwil HAM
- Peringati May Day 2025, Pemkab Tanjab Barat Komitmen Tingkatkan Perlindungan Pekerja
- Semarak May Day dengan Layanan Langsung dan Senam Sehat Bersama Pekerja
- Industri Jasa Keuangan Jambi Tumbuh Positif Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Gubernur Al Haris Boyong Bupati/Wali Kota Audiensi dengan Menhub, Bahas Pengembangan Transportasi
- OJK Dorong Penggunaan Kecerdasan Artifisial di Sektor Perbankan secara Bertanggung Jawab
- Bibit Sawit Unggul Topaz 1 Berbuah Orange, Terbukti Sejahterakan dan digemari Petani
- Hadiri Rakortek Perumahan Pedesaan, Gubernur Al Haris Tegaskan Komitmen Dukung Program Tiga Juta Rumah
- Berkolaborasi Melindungi Ribuan Pekerja Rentan Melalui Program Kampung Bahagia
Pandangan Muslim Indonesia Terhadap Aktivitas Ibadah dan Perlakuan Penduduk Non-Muslim di Australia

Keterangan Gambar : Pandangan Muslim Indonesia Terhadap Aktivitas Ibadah Muslim dan Perlakuan Penduduk Non-Muslim Terhadap Muslim di Australia/dok mj
Mediajambi.com - Islam merupakan salah satu agama yang keberadaannya
merupakan minoritas di Australia. Menurut data sensus 2021 di Australia,
Masyarakat yang mengakui dirinya sebagai muslim berjumlah 813,392 penduduk atau
3.2% dari seluruh populasi di Australia. Muslim di sana pun juga melakukan
aktivitas sehari-hari seperti pada umumnya. Terdapat beberapa tanggapan dari
muslim Indonesia terhadap aktivitas ibadah muslim dan perlakuan non-muslim
terhadap muslim di sana.
Meskipun muslim merupakan penduduk minoritas disana, masjid
bukanlah tempat yang jarang ditemui di Australia. Bahren, seorang tamatan S3 di
Western Sydney University yang lama menetap lama di Lakemba, Australia,
mengatakan, “Lakemba merupakan salah satu kota yang dimana muslim merupakan
mayoritas di sana. Tersedia beberapa masjid yang dimiliki beberapa komunitas
seperti Indonesia, Lebanon, Pakistan, dsb. Mereka beribadah, menjalankan sholat
5 waktu, dan merayakan hari raya sebagaimana muslim semestinya.”. Rafidah,
seorang dosen UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi juga mengatakan, “Pesatnya Islam
di negeri kangguru ditandai dengan banyaknya masjid, sekolah Islam dan restoran
halal. Muslim juga kini banyak yang menjadi anggota parlemen, doker, dan
lainnya. Australia merupakan negara yang ramah untuk muslim melakukan ibadah
tanpa adanya gangguan.”.
Namun, Muhammad Zidanul Ihsan, seorang mahasiswa Sastra
Inggri Universitas Andalas yang pernah menetap di Australia mengaku adanya
hambatan dalam melakukan ibadah, “Orang muslim di Australia itu tidak bisa
melaksanakan ibadah secara intens, berbeda dengan Indonesia. Salah satunya
karena tidak ada ishoma (istirahat makan dan sholat), saya sangat kesulitan
menyempatkan waktu untuk sholat, terkhususnya sholat Jum’at.”.
Bagaimana dengan diskriminasi terhadap muslim? Diskriminasi
sendiri berupa sikap membedakan golongan tertentu secara sengaja. Bagi beberapa
penduduk yang pola pikirnya belum cukup luas menerima pengetahuan tentang
berbagai macam agama, muslim menjadi sasaran yang empuk menjadi bahan
diskriminasi.
Menurut Zidan, “Diskriminasi itu sendiri pasti ada, secara
beberapa dari mereka sendiri ada yang sudah terdoktrin bahwa muslim adalah
teroris. Tapi tidak semua orang melakukan hal yang sama karena pengetahuannya
yang lebih dalam terhadap muslim.”. Zidan juga menambahkan, “Kalau perbedaan
perlakuan itu seperti ketika di subway, ketika orang berhijab atau bercadar
sedang duduk menunggu, ada beberapa penduduk yang memilih untuk menjaga jarak
dan duduk jauh dari orang tersebut.”.
Pendapat yang sangat bertolak belakang terhadap Zidan
dilontarkan oleh Bahren, “Australia itu salah satu negara yang menganut
pluralisme. saya sebagai muslim yang tinggal di Australia tidak pernah
merasakan adanya diskriminasi khususnya agama. Justru pemerintah memberikan
fasilitas dan kesempatan menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing.”.
Menurut Rafidah, muslim di sana mendapatkan diskriminasi
yang sangat minim, “Pada zaman sekarang, hampir tidak ada diskriminasi di
Australia terhadap muslim. Namun, untuk membangun sebuah tempat ibadah muslim
di sana tidak mudah. Pembuatan masjid biasa dilakukan dengan cara membeli rumah
kosong yang akan dijadikan rumah ibadah, bukan langsung mengajukan permohonan
pembuatan masjid karena hal tersebut jarang langsung disetujui.”.
Perlakuan seseorang sangat dipengaruhi oleh pola pikir
masing-masing individu. Menurut Zidan, setelah non-muslim mengetahui bahwa diri
kita adalah muslim, sebagian dari mereka terlihat biasa saja, sebagian ada yang
menanyakan banyak hal tentang Islam, ada pula sebagian dari mereka yang
langsung menunjukkan ketidaksukaan dan kekhawatirannya berdekatan dengan muslim
dan langsung mengambil jarak. Zidan mengatakan, “Di Indonesia kan muslim
merupakan mayoritas, wajar saja sangat sedikit perbedaan perlakuan non-muslim
terhadap muslim. Berbeda dengan di sana, muslim merupakan minoritas sehingga
pengetahuan mereka terhadap muslim masih minim sehingga terjadi hal-hal yang
saya sebutkan tadi.”.
Mencari makanan yang aman dan halal dikonsumsi oleh muslim
bukanlah suatu hal yang mudah di negara dimana muslim bukanlah mayoritas
penduduknya. Menurut Rafidah, “Untuk makanan halal di Australia, mereka
memiliki lembaga makanan halal terbesar, yaitu ICCV (Islamic Coordinating
Council of Victoria). Mereka memberikan label-label halal pada makanan setelah
melalui proses halal. Bahren juga mengatakan, “Disana ada organisasi yaitu
Australian National Imams Council yang sangat ketat terhadap makanan halal. Jika
makanan sudah mendapat label halal, berarti makanannya sudah melalui proses
yang halal. Di beberapa toko sudah ditempel logo halal dan beberapa penjaga
restoran juga akan menginformasikan halal tidaknya restoran tersebut.”.
Menurut Zidan, “Kita juga harus pandai dalam memilih
makanan. Kalau sekiranya tidak ada ketentuan halal, ambil aman saja, tidak usah
beli atau mampir.”.
Tidak dapat dihindari bahwa Muslim di Australia tetap
mengonsumsi hal yang haram, mengingat Australia merupakan negara yang bebas dan
muslim di sana di kelilingi lingkungan yang bebas di luar muslim. “Itu
tergantung diri sendiri. Kebanyakan penduduk muslim asli di Australia tetap
melakukan hal yang haram, seperti tetap makan daging babi, dikarenakan pengaruh
sekitar yang memakan babi seperti daging biasa.” Lontar Zidan.
Begitu banyak pendapat yang sama sampai yang bertolak
belakang tentang pandangan muslim Indonesia terhadap Muslim di Australia. Hal
yang paling penting dari semua itu adalah tetap teguh atas agama yang dianut,
mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan dalam agama
masing-masing. (Oleh: Hanifah Az-Zahra Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Andalas)