- Gentala Arasi 2025: Dorong Akselerasi Ekonomi Keuangan Digital Jambi yang Berkelanjutan
- Walikota Jambi Serahkan Santunan JKM Kepada Ahli Waris di Seberang Kota Jambi
- Tingkatkan Kepercayaan Publik, OJK Terbitkan Aturan Baru Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
- Terlibat Judi Online 90 Keluarga di Kota Jambi Dicoret dari Daftar Bansos
- Walikota Maulana Apresiasi Peningkatan Kualitas Terminal A - Alam Barajo
- Maulana Dorong Masyarakat Manfaatkan IPAL Komunal Untuk Hindari Pencemaran Air Tanah
- Maulana Tekankan, Ciptakan Kebersihan Bukan Sekadar Penilaian Namun Berkelanjutan Untuk Kota Bersih dan Nyaman
- Gubernur Al Haris Antar Langsung Berkas Pengusulan PPPK Paruh Waktu ke Kementerian PANRB
- Hadiri Pelantikan KPPI 2024-2029, Sekda Sudirman Dorong Politik Inklusif
- Batanghari dan Samudra: Reorientasi Kebijakan Maritim Nasional
Perkuat Kolaborasi Iklim Indonesia dan Korea Selatan, Ini Komitmen Transisi Energi

Keterangan Gambar : Perkuat Kolaborasi Iklim Indonesia dan Korea Selatan, Ini Komitmen Transisi Energi.f-dok Mj
Mediajambi.com - Korea Selatan telah menetapkan target untuk
mencapai netral karbon pada 2050. Selain mendorong pencapaian target secara
domestik, Korea Selatan juga berkomitmen, melalui Kebijakan Kesepakatan Hijau
Korea Selatan Terbaru (South Korea's Green New Deal) untuk mendukung pembiayaan
dan pembangunan teknologi ramah lingkungan secara internasional. Institute for
Essential Services Reform (IESR) memandang komitmen hijau Korea Selatan ini
dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi di
Indonesia terutama dalam upaya pengakhiran operasional PLTU batubara.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa, pada sambutannya di
acara webinar Indonesia – South Korea Golden Jubilee: Advancing Bilateral
Cooperation through Green Energy Partnership Toward Sustainable Energy
Transition (27/7) mengemukakan dengan disepakatinya Just Energy Transition
Partnership (JETP), Indonesia perlu mencapai salah satunya target bauran energi
terbarukan sebesar 34% di 2030. Hal ini dapat dicapai di antaranya dengan
pengakhiran pengoperasian PLTU secara bertahap hingga tahun 2050.
“Perusahaan-perusahaan
Korea Selatan telah menjadi salah satu pemain kunci dalam energi dan industri
di Indonesia. Perjalanan transisi energi Indonesia menuju dekarbonisasi
memberikan peluang bagi Korea Selatan untuk menghentikan aset PLTU batubara
yang dimiliki oleh perusahaan Korea, meningkatkan investasi di bidang energi
terbarukan dan teknologi bersih, penyimpanan energi, dan kendaraan listrik,”
ujar Fabby.
Hyoeun Jenny Kim, Duta Besar dan Wakil Menteri untuk
Perubahan Iklim, Republik Korea yang hadir pada kesempatan yang sama juga
menyampaikan keberadaan Indonesia dan Korea Selatan dalam berbagai inisiatif
yang mendorong pembangunan yang lebih hijau, akan memperkuat solidaritas
terhadap mitigasi perubahan iklim. Ia menuturkan saat ini tengah berlangsung
negoisasi antara Indonesia dan Korea Selatan untuk bekerja sama erat dalam
mitigasi perubahan iklim, di antaranya dalam bentuk kajian, perubahan
kebijakan, pengembangan teknologi dan keterlibatan sektor swasta.
“Di kedua negara,
batubara masih menjadi sumber energi utama, kita harus mempercepat upaya untuk
mengurangi penggunaan batubara. Kita harus secara proaktif berinvestasi pada
lebih banyak energi terbarukan, efisiensi energi, dan penyimpanan energi. Kita
harus lebih membangun infrastruktur, dan meningkatkan bauran energi bersih.
Meskipun banyak tantangan yang kita hadapi, saya yakin bahwa Indonesia dan
Korea dapat membuat perubahan besar,” ungkapnya.
Joojin Kim, Direktur Pelaksana Solution for Our Climate
(SFOC) mengatakan terdapat potensi yang kuat bagi Korea dan Indonesia untuk
membangun ekonomi hijau yang selaras dengan Persetujuan Paris.
“Bank di Korea
Selatan sangat tertarik untuk berinvestasi pada energi terbarukan di Indonesia,
terutama tenaga surya dan angin. Namun, sangat penting untuk memiliki kerangka
kerja kebijakan yang mendorong lingkungan investasi yang lebih stabil dan
transparan,” ujar Joojin Kim.(***)