- Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Kabupaten Merangin, Upaya Mendorong Perekonomian Daerah
- OJK Cabut Izin Usaha Pt Sarana Sulteng Ventura
- Satgas PASTI Blokir 507 Aktivitas dan Entitas Keuangan Ilegal, Masyarakat Diminta Waspada Penipuan Yang Semakin Marak
- Gubernur Al Haris Ajak Semua Pihak Bersatu dan Bersinergi Atasi Karhutla di Provinsi Jambi
- Walikota Maulana Ungkap Strategi Kota Jambi Tekan Stunting, Angkat Pekerja Rentan, dan Capai UHC
- Wawako Diza : Pramuka Bukan Seremoni, Tapi Wadah Pembentukan Karakter Bangsa
- Rakor Bersama Kemenkum, Pemkot Jambi Matangkan Pendirian Koperasi Merah Putih
- Kemas Faried Serahkan Dua Dermaga Apung untuk Dongkrak Wisata Danau Sipin
- Ketua DPRD Kota Jambi Bantu Orang Tua Raffi, Warga yang Mengidap Penyakit Steven Johnson Syndrome
- 149 PKL Kota Jambi Siap Direlokasi, Pemkot Jambi Tegaskan Penertiban Lapak Liar
Sabet Gelar Profesor di Usia 33 Ibnu Sina Chandranegara Jadi Guru Besar Hukum Termuda di Indonesia!

Keterangan Gambar : Sabet Gelar Profesor di Usia 33, Ibnu Sina Chandranegara Jadi Guru Besar Hukum Termuda di Indonesia!
Mediajambi.com - Usia tak jadi penghalang untuk berprestasi.
Hal ini dibuktikan oleh Prof Dr Ibnu Sina Chandranegara, SH, MH, Dosen
Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang baru-baru ini meraih gelar profesor atau
Guru Besar di usianya yang masih 33 tahun.
Prestasi ini bisa dibilang melunturkan stereotip bahwa
menjadi seorang profesor itu harus berambut putih. Hal tersebut diungkapkan
oleh Prof. Ibnu Sina dalam Webinar Komunitas SEVIMA, Selasa (13/6/2023).
- Pengurus Biro PD V KB dan Biro PD V Wanita FKPPI Jambi Dilantik0
- Al Haris: Candi Muaro Jambi Tempat Bersejarah Bagi Umat Budha0
- Tingkatkan SDM, Al Haris Teken MoU dengan Universitas Negeri Padang0
- Wagub Sani : Calon Jemaah Haji Harus Penuh Kesabaran0
- Halal Bi Halal HKKN, Wagub Jambi Ajak Masyarakat Kerinci Untuk Berpartisipasi Membangun Jambi0
"Ada stigmanisasi dan stereotip yang muncul dibalik
jabatan akademik profesor atau guru besar. Jadi mengapa tidak, stereotip dan
stigma profesor harus berambut putih bisa dilunturkan?," kata Ibnu Sina.
Ibnu Sina secara resmi diangkat dalam jabatan fungsional
Guru Besar dalam Bidang Hukum Tata Negara terhitung 1 April 2023. Surat
Keputusan akan ia terima secara langsung pada Bulan Juni ini, dan akan
dikukuhkan di Universitas Muhammadiyah Jakarta sekitar bulan Juni nanti.
Moderator Webinar Komunitas SEVIMA Ilham Dary mengungkapkan,
capaian tersebut sekaligus mengukuhkan Ibnu Sina sebagai guru besar bidang
hukum termuda di Indonesia.
Sebelumnya, capaian Profesor Hukum termuda dicatatkan oleh
Wakil Menteri Hukum dan HAM Prof. Eddy OS Hiariej di usia ke-37, Rektor
Universitas Jenderal Ahmad Yani Prof. Hikmahanto Juwana di usia ke-38, dan
Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember Prof. Bayu Dwi Anggono di usia ke-39
Perjalanan Meraih
Gelar Guru Besar
Dijelaskan dalam Webinar Komunitas SEVIMA, Sina mulai
berkarier sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta
sejak tahun 2011. Dengan begitu, Pria kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1989 ini
telah 12 tahun berkarier sebagai dosen.
Sebelumnya, Ibnu Sina menuntaskan studi sarjana dan magister
hukumnya di Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan studi doktor hukum di
Universitas Gadjah Mada. Ibnu Sina juga aktif sebagai Editor Kepala Jurnal,
praktisi, dan konsultan di berbagai firma hukum.
Ibnu Sina juga sempat menjadi kuasa hukum Pengurus Pusat
Muhammadiyah, saat mengajukan gugatan terhadap Undang-Undang Sumber Daya Air
yang akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Bersama kolega, Ibnu Sina
berhasil menunjukkan praktik privatisasi dan komersialisasi air yang ternyata
merugikan rakyat.
"Sejak awal meniti karier sebagai dosen, saya memang
berfokus dan mempersiapkan diri di bidang hukum tata negara (HTN). Aktivitas
Tridharma Perguruan Tinggi saya (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan
Pengabdian Kepada Masyarakat), juga berfokus di bidang HTN," kenang Ibnu
SIna.
Capaian menjadi guru besar menurut Ibnu Sina tidak terlepas
dari dukungan institusi tempatnya bekerja. Mulai dari karir awal sebagai dosen,
dirinya terus dibimbing hingga penyusunan karya ilmiah oleh guru besar di UMJ.
Selanjutnya terus dilakukan pendampingan dalam penyusunan strategi hingga
mendapatkan pembiayaan secara mandiri oleh perguruan tinggi.
Universitas Muhammadiyah Jakarta juga menurutnya sangat
menyederhanakan urusan administrasi dan birokrasi, sehingga ia bersama
rekan-rekan dosen bisa fokus meniti karir dan terus meneliti.
"Saya lektor kepala tahun 2018, cukup lama diangkat ke
guru besar. Yng penting ada dukungan institusi dan budaya feodalisme di institusinya
terkikis dan sudah lumer sehingga stigma profesor di usia muda tidak jadi
hambatan secara presepsi akademik!" ucapnya.
Bagi yang ingin mengikuti jejak menjadi guru besar di usia
muda, Ibnu Sina membagikan empat tips sukses menjadi guru besar. Yaitu:
manajemen karir yang konsisten, perbanyak membuat karya ilmiah, dan selalu
produktif menulis jurnal, dan atur rencana strategis secara jangka panjang.
Kombinasi keempat tips tersebut ia contohkan seperti saat
menulis jurnal. Jurnal tidak hanya harus ditulis secara baik isi dan gaya
penulisannya, tapi juga di waktu-waktu yang tepat dan tidak banyak pesaing
seperti saat liburan kuliah maupun akhir tahun.
Begitupula saat menjadi narasumber acara maupun seminar yang
menjadi kegiatan rutin dosen. Jangan hanya membuat power-point, tapi rancanglah
esai sepanjang 5-7 halaman. Esai tersebut nantinya dapat diolah menjadi jurnal
dan penelitian.
"Menjadi guru besar tidak hanya tentang kecerdasan,
tetapi juga tentang strategi. Misalnya ketika liburan kuliah, atau akhir tahun
saat orang-orang Eropa sedang libur musim dingin, kita manfaatkan untuk menulis
jurnal sehingga saingannya berkurang. Begitupula ketika menjadi narasumber
acara, jangan buat power-point tapi buat esai 5-7 halaman. Ketika itu konsisten
dilakukan, maka mimpi yang kita rancang bisa tercapai!," pungkas Ibnu
Sina.(***)