- OJK Cabut Izin Usaha Pt Sarana Sulteng Ventura
- Satgas PASTI Blokir 507 Aktivitas dan Entitas Keuangan Ilegal, Masyarakat Diminta Waspada Penipuan Yang Semakin Marak
- Gubernur Al Haris Ajak Semua Pihak Bersatu dan Bersinergi Atasi Karhutla di Provinsi Jambi
- Walikota Maulana Ungkap Strategi Kota Jambi Tekan Stunting, Angkat Pekerja Rentan, dan Capai UHC
- Wawako Diza : Pramuka Bukan Seremoni, Tapi Wadah Pembentukan Karakter Bangsa
- Rakor Bersama Kemenkum, Pemkot Jambi Matangkan Pendirian Koperasi Merah Putih
- Kemas Faried Serahkan Dua Dermaga Apung untuk Dongkrak Wisata Danau Sipin
- Ketua DPRD Kota Jambi Bantu Orang Tua Raffi, Warga yang Mengidap Penyakit Steven Johnson Syndrome
- 149 PKL Kota Jambi Siap Direlokasi, Pemkot Jambi Tegaskan Penertiban Lapak Liar
- Walikota Maulana Hadiri HUT Kota Palembang, Bawa Misi Komwil II APEKSI Bangun Jaringan Antar-Kota
Tradisi Imlek Memasang Tebu di Pintu Utama Rumah

Keterangan Gambar : Tradisi Imlek Memasang Tebu di Pintu Utama Rumah
MediaJambi .com - Peringatan Tahun Baru China atau Imlek dirayakan hari ini, Sabtu (10/2/2024). Warga Tionghoa di Kota Jambi dan dimana mana punya satu tradisi yaitu memasang sepasang pohon tebu di pintu utama rumahnya. Disamping tradisi lainnya seperti berbagi angpau, yang banyak ditunggu anggota keluarga lainnya.
"Ya kami selalu memasang tebu sepasang
di depan rumah, sebagai tanda syukur kepada saya maha pencipta, dan wujud
keseimbangan dalam hidup," ujar Acien (45) Warga Sulanjana Kota Jambi.
Baginya itu tradisi turun temurun dari
nenek moyangnya dan mereka hanya meneruskan tradisi tersebut.
"Tidak ada keharusan. Saya terkadang
masang tebu di rumah terkadang tidak," kata Cua Sun Sie, warga Tionghoa
lainnya.
Ada berbagai versi tentang mengapa
terjadinya tradisi memasang tebu yang sudah berlangsung ribuan tahun lalu.
Kalau menurut Cua, tradisi ini bermula dari
kisah zaman dulu waktu masa penjajahan. "Ceritanya malam Imlek kan banyak
orang China di serang dan mau ditangkap. Mereka pada bersembunyi di kebun tebu.
Dan kalau ngak salah pada hari ke 3 Imlek mereka selamat. Dan dijadikan ini
budaya. Setiap imlek di belakang pintu utama di pasang tebu," jelasnya.
Sementara, warga Tionghoa lainnya, Lis
mengatakan itu tradisi itu berasal dari legenda putri raja.
Konon, dahulu kala ada seorang putri yang
diserang penjahat. Sang putri lari dan bersembunyi di hutan tebu. Pohon-pohon
tebu yang tumbuh rapat dijadikan sebagai tempat persembunyian.
"Penjahat yang mengejarnya terluka
oleh goresan daun-daun tebu yang lancip, tajam, dan bulu-bulu halusnya bisa
menyebabkan gatal," jelasnya. Selama dalam persembunyian, sang putri hanya
menyesap sari tebu untuk bertahan hidup. Sang putri bisa diselamatkan setelah
15 hari kemudian.
"Itulah sebabnya ada tradisi memang
tebu di pintu utama rumah," jelasnya.
Lalu berapa lama tebu itu diletakkan di
pintu utama. Menurut Cua, Tebu sepasang itu biasanya ditaruh hingga 9 atau 15
hari Imlek. "Biasanya di keluarga kami di taruh sampai malam ke delapan.
Karena ada tradisi hari ke 9, kita sembahyang khusus ke Tuhan yang biasa di
sebut Dewa Langit," jelasnya.
Dan selesai sembahyang tebunya boleh di
potong buat di makan. Tidak ada ketentuan khusus tentang tebu yang harus digunakan, hanya
harus segar dan daun-daunnya tidak kering, layu, dan menguning.(Lin)