- Perkuat Sinergi, Ketua SMSI Provinsi Jambi Sambut Kunjungan Silaturahmi Kakanwil HAM
- Peringati May Day 2025, Pemkab Tanjab Barat Komitmen Tingkatkan Perlindungan Pekerja
- Semarak May Day dengan Layanan Langsung dan Senam Sehat Bersama Pekerja
- Industri Jasa Keuangan Jambi Tumbuh Positif Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Gubernur Al Haris Boyong Bupati/Wali Kota Audiensi dengan Menhub, Bahas Pengembangan Transportasi
- OJK Dorong Penggunaan Kecerdasan Artifisial di Sektor Perbankan secara Bertanggung Jawab
- Bibit Sawit Unggul Topaz 1 Berbuah Orange, Terbukti Sejahterakan dan digemari Petani
- Hadiri Rakortek Perumahan Pedesaan, Gubernur Al Haris Tegaskan Komitmen Dukung Program Tiga Juta Rumah
- Berkolaborasi Melindungi Ribuan Pekerja Rentan Melalui Program Kampung Bahagia
- Tingkatkan Kolaborasi dan Sinergi, SKK Migas – KKKS Sumbagsel Gelar Event Lifting Olympic
Video: PETA Mengungkap Kekejaman Mengerikan di Industri Paha Kodok
Perwakilan PETA akan Mengirim Aduan Formal

Keterangan Gambar : Video: PETA Mengungkap Kekejaman Mengerikan di Industri Paha Kodok, Perwakilan PETA akan Mengirim Aduan Formal
Mediajambi.com - Sebuah video investigasi baru yang dirilis
PETA hari ini mengungkap kekejaman tak terkendali di industri daging kodok, di
mana para pekerja menangkap kodok di habitat aslinya dan menjejalkan mereka ke
dalam karung-banyak dari mereka perlahan mati kehabisan napas—memutilasi, dan
menguliti kodok-kodok yang masih hidup. Indonesia adalah eksportir paha kodok
terbesar di dunia, dengan ratusan juta kodok didistribusikan ke kawasan Uni
Eropa setiap tahunnya.
Penyidik PETA mengunjungi tujuh fasilitas operasional daging
kodok dan menemukan kodok hidup dijejalkan dalam karung, terkadang sampai dua
hari lamanya. Seorang pekerja yang sedang menyortir kodok tangkapan membanting
kodok-kodok hidup ke lantai, yang ia akui untuk menghemat waktu memisahkan
kodok hidup dan mati. Pekerja lainnya membacok kaki dan kepala kodok dengan
pisau—beberapa dilakukan berkali-kali, sementara kodok lainnya dengan kepala
yang tidak putus sempurna dikuliti. Penyidik juga merekam mulut kodok yang
masih terus membuka dan menutup setelah dipenggal, dan tubuh-tubuh tanpa kepala
yang masih berlompatan bermenit-menit setelahnya.
Senin, 11 Desember, perwakilan PETA dengan berbekal poster
akan mengirimkan aduan formal kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang sebelumnya
telah dikirim melalui surel.
“Mulai dari kodok hidup yang berlompatan dalam karung-karung
terikat, hingga pekerja yang membacok kepala kodok di talenan bersimbah darah,
industri daging kodok adalah mimpi buruk di kehidupan nyata,” ujar Senior Vice
President PETA, Jason Baker. “PETA mendesak otoritas lokal untuk menghentikan
kekejaman mengerikan ini dan mengimbau semua orang menghindarkan kodok dari
penderitaan dengan hidup vegan.”
Kedua spesies kodok yang ditangkap oleh para pekerja—kodok
sawah dan kodok batu—tengah mengalami penurunan populasi. Meskipun kodok batu
tidak diizinkan ditangkap di alam, PETA menunjukkan bahwa pemasok Indonesia
sengaja memalsukan label spesies dan mengekspornya. Menurut Eurostat, Uni Eropa
mengimpor lebih dari 35 ribu ton paha kodok dalam rentang 2010 hingga 2022,
atau setara dengan 703 juta sampai 1.7 miliar individu kodok.
Foto-foto investigasi tersedia di sini, dan rekaman
berkualitas siar tersedia di sini. Investigasi ini juga tersedia di YouTube.(****)