- Ny Hesti Haris Buka Kejuaraan Taekwondo Kartini Cup 2025. Kolaborasi Perwosi dan Taekwondo Jambi
- Makeup Dimanapun Praktis dan Lebih Stylish! Aeris Beaute Hadirkan Dua Warna Baru untuk The Signature 4-in-1 Brush
- Pemkot Jambi Serahkan SK kepada 1.909 PPPK, 1 Mundur dan 8 Tak Hadir
- Pertamina Gandeng BPOM Wujudkan UMKM Berdaya Saing di Program Basamo Elok Jambi
- Dibawah Guyuran Hujan Ribuan Peserta Khidmat Ikuti Upacara Hardiknas di Balaikota Jambi
- Kolaborasi Perwosi dan Taekwondo Jambi Hadirkan Kejuaraan Kartini Cup 2025
- Bupati H Anwar Sadat Menerima Audiensi dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Jambi
- Bupati Tanjab Barat Inspektur Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025
- Pemkab Tanjab Barat Memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) tahun 2025
- OJK dan BPS Umumkan Hasil Survei Nasional Literasi Dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2025
Penurunan Ketimpangan di Provinsi Jambi: Sebuah Langkah Menuju Pemerataan

Keterangan Gambar : Muhammad Ridwansyah, Ekonom Universitas Jambi
Mediajambi.com - Ketimpangan pendapatan menjadi salah satu
isu krusial yang perlu diperhatikan dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Di
Provinsi Jambi, ketimpangan ini secara perlahan mulai menunjukkan perbaikan,
seperti yang tercermin dari data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret
2024. Penurunan gini ratio, yang merupakan indikator ketimpangan, menjadi
sinyal positif bagi pemerataan kesejahteraan masyarakat di provinsi ini.
Gini ratio adalah alat ukur yang paling umum digunakan untuk
mengukur ketimpangan pendapatan di suatu wilayah. Skala gini ratio berada di
antara 0 hingga 1, di mana angka 0 menunjukkan pemerataan sempurna dan angka 1
menunjukkan ketimpangan yang sangat tinggi. Berdasarkan data BPS terbaru, gini
ratio Provinsi Jambi pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,321. Angka ini menurun
sebesar 0,022 poin dibandingkan dengan gini ratio pada Maret 2023 yang mencapai
0,343. Penurunan ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam pemerataan
pendapatan di kalangan masyarakat Jambi.
Perubahan ini menjadi sinyal positif bagi upaya pengentasan
ketimpangan di Provinsi Jambi. Meskipun masih ada jarak yang harus ditempuh
menuju pemerataan yang lebih baik, penurunan gini ratio merupakan langkah
signifikan. Perbaikan ini juga menjadi cerminan dari berjalannya
kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang fokus pada pengentasan kemiskinan
dan peningkatan kesejahteraan sosial.
Dengan menurunnya gini ratio di Jambi, hal ini menunjukkan
juga bahwa pengeluaran kelompok 40 persen terbawah telah mengalami peningkatan,
sehingga mereka mulai memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai kebutuhan
hidup. Pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah menjadi salah satu
tolok ukur penting. Data yang dilansir oleh BPS, dari periode Maret 2022 hingga
Maret 2024, menunjukkan bahwa pengeluaran kelompok ini di atas 17%, berarti
ketimpangan di Provinsi Jambi dikategorikan rendah.
Merujuk pada kriteria yang digunakan oleh Bank duniua,
ketimpangan pendapatan dapat dikategorikan sebagai berikut: Ketimpangan tinggi
jika pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah berada di bawah 12%;
Ketimpangan sedang jika pengeluaran berada pada kisaran 12-17%; Ketimpangan
rendah jika pengeluaran kelompok ini lebih dari 17%.
Tabel: DISTRIBUSI PENGELUARAN PENDUDUK PER KAPITA MARET
2022-MARET 2024
Sumber: BPS, Maret 2024
Faktor Penurunan Ketimpangan di Provinsi Jambi
Beberapa faktor dapat berperan dalam penurunan ketimpangan
pendapatan di Provinsi Jambi. Program pemerintah Provinsi Jambi yang mendukung
peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat kurang mampu, seperti Program
inclusive “Jambi Tangguh”, bagian dari program Dumisake, merupakan upaya
pemerintah Provinsi Jambi dalam mengurangi kesenjangan antara kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok lainnya.
Program “Jambi Tangguh” ini
sejak diluncurkan tahun 2022 telah memberikan bantuan bedah rumah
sebanyak 1.706 unit. Dalam bentuk bantuan modal kerja bagi UMKM/industri rumah
tangga/startup/milenial sebanyak 7.043 orang dengan realisasi anggran sebesar
Rp. 47,28 miliar. Bantuan Alsintan, ternak, benih/bibit dan saprodi
pertanian/Perkebunan/perikanan dan ketahanan pangan telah disalurkan dengan
realisasi anggran Rp. 47,94 miliar.
Tantangan yang Masih Ada
Meskipun penurunan gini ratio merupakan langkah positif,
tantangan besar masih ada di depan. Ketimpangan pendapatan di Provinsi Jambi
masih perlu diperbaiki secara menyeluruh. Pembangunan infrastruktur yang belum
merata, terutama di daerah pedesaan, menjadi salah satu kendala utama dalam
pemerataan ekonomi. Akses ke pasar, pendidikan, dan kesehatan di daerah-daerah
terpencil masih memerlukan perhatian lebih dari pemerintah.
Sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung ekonomi
Jambi, sering kali masih menghadapi berbagai tantangan, seperti ketidakpastian
harga komoditas dan minimnya akses modal bagi petani kecil. Padahal, sektor ini
merupakan salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari
kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
Selain itu, perlu diwaspadai adanya fenomena penurunan
jumlah pekerja formal dan peningkatan jumlah setengah pengangguran menjadi
indikator adanya fenomena setengah pengangguran di mana pekerja tidak
mendapatkan jam kerja yang cukup dan bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
Jumlah setengah pengangguran tercatat sebanyak 191,85 ribu orang, mengalami
peningkatan sebesar 36,52 ribu orang dari Februari 2023 hingga Februari 2024,
atau terjadi kenaikan sebesar 2,03 persen. Hal ini bisa berdampak pada
produktivitas dan kesejahteraan terutama kelompok penduduk 40 persen terbawah,
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga mempengaruhi
kualitas hidup mereka dan keluarga mereka.
Langkah Ke Depan untuk Pemerataan
Pemerintah daerah perlu melanjutkan dan memperkuat
kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada pengurangan ketimpangan.
Pengembangan sektor-sektor ekonomi yang inklusif, seperti UMKM dan ekonomi
kreatif, bisa menjadi salah satu strategi untuk memperluas lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, program-program pelatihan
keterampilan yang diarahkan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
dapat membantu mereka untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi.
Pemerataan infrastruktur, terutama di daerah terpencil, juga
harus menjadi prioritas terutama seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Pembangunan jalan, jembatan, dan akses internet yang merata akan membuka
peluang ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat di pedesaan di kabupaten ini.(***)